BATASAN
Nama lainnya adalah Mongolism
atau Trisomi 21, yaitu kelainan kromosom berupa trisomi 21, ditandai
dengan gejala khas berupa gangguan mental dan gambaran dismorfik wajah.
PATOFISIOLOGI
Angka
kejadian sindroma down adalah 1 : 800 kelahiran. Dan usia ibu pada saat hamil
merupakan faktor resiko yang penting untuk menentukan kemungkinan bayi lahir
dengan sindroma down, yaitu :
·
Usia ibu 35 tahun : 1/385
·
Usia ibu 40 tahun : 1/106
·
Usia ibu
45 tahun : 1/30
Adanya ekstra kromosom
nomor 21 memberikan pengaruh pada banyak sistem organ, sehingga membentuk
spektrum fenotip sindroma down yang luas, antara lain :
- Adanya kromosom 21q 22.3 menyebabkan :
- Keterlambatan mental
- Gambaran wajah khas (Mongolism)
- Anomali jari tangan
- Kelainan jantung bawaan
- Adanya kromosom 21q 22.1-q 22.2 menyebabkan :
- Kelainan susunan saraf pusat (keterlambatan mental)
- Kelainan jantung bawaan.
GEJALA KLINIS
- Gangguan pendengaran, penglihatan dan bicara (artikulasi)
- Obesitas
- Keterlambatan motorik, kognitif, bahasa dan kemampuan bersosialisasi
- Perubahan tingkah laku dan kesulitan belajar
Masalah artikulasi,
meningkatnya kecemasan (17,6%), autism, ADHD, kelainan obsesif kompulsif,
sindroma tourette dan depresi.
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
- Anamnesis :
- Riwayat sering menderita ISPA
- Muntah sekunder karena atresia duodenal dan gangguan buang air besar karena Hirschsprung’s Disease
o
Kejang
(5-10%), pada bayi terbanyak berupa spasme infantil dan pada anak besar
bersifat tonik klonik.
·
Pemeriksaan
fisik :
o
Gangguan mental
dari sedang sampai dengan berat dengan IQ 20-85
o
Hipotoni yang
berkurang dengan bertambahnya usia
o
Brakisefali,
mikrosefali, ubun-ubun melebar dan terlambat menutup
o
Fisura
palpebra yang miring (slanting), lipatan epikantus bilateral, gangguan
refraksi, strabismus, nistagmus dan katarak kongenital
o
Tulang hidung
hipoplastik dan flat nasal bridge
o
Lidah yang
cenderung menjulur, fisura pada lidah, anak bernafas dengan mulut, berliur,
agenesis dan malformasi gigi
o
Telinga
kecil, over folded helix, gangguan pendengaran (66-89%) mencapai > 15-20 db.
o
Kelainan
jantung bawaan (40-50%), berupa aritmia dan palpitasi
o
Jari tangan
pendek-pendek dan gemuk, form finger line, hiperekstensi persendingan
jari tangan.
- Pemeriksaan laboratorium :
- Studi sitogenetik : Karyotyping penderita dan orang tua penderia (untuk kepentingan konseling genetik)
- Pemeriksaan lainnya :
- Fluorescence In Situ Hybridization (FISH) : digunakan untuk mendeteksi Trisomi 21 secara cepat, baik pada masa prenatal maupun masa neonatal.
- Thyroid-stimulating hormone (TSH) and Thyroxine (T4) : untuk menilai fungsi kelenjar tiroid. Dilakukan segera setelah lahir dan berkala setiap tahun.
- Pemeriksaan radiologi :
X-foto
kepala : brakisefali,
mikrosefali, hipoplastik tulang-tulang wajah dan sinus
X-foto tangan
: hipoplastik tulang falangs
tengah
- Pemeriksaan lainnya :
EKG : untuk mendeteksi kemungkinan kelaian jantung
bawaan
ABR : untuk menentukan derajad gangguan
pendengaran/ketulian
DDST : untuk deteksi dini gangguan tumbuh kembang
DIAGNOSIS BANDING
- Trisomi 18
- Hipotiroid
PENATALAKSANAAN
Tidak ada pengobatan untuk
memperbaiki sindroma down. Prinsip pengobatan medis digunakan untuk memperbaiki
kualitas hidup dan memperpanjang usia penderita dengan cara :
- Pencegahan terhadap infeksi
- Rehabilitasi medis
- Alat bantu pendengaran bila didapatkan gangguan pendengaran
- Pengobatan dan pelatihan perilaku dilakukan jika ada kelainan psikiatri
- Hormon tiroid diberikan bila didapatkan tanda-tanda hipotiriod, untuk mencegah terjadinya deteorisasi intelektual dan memperbaiki kemampuan individual
PROGNOSIS
Kematian biasanya
disebabkan kelainan jantung bawaan. Adanya penurunan kadar IgG menyebabkan
penderita rentan terhadap infeksi. Dengan penatalaksaanan multidisiplin
penderita diharapkan dapat mandiri dan tidak tergantung dari orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
1. Haddow JE, Palomaki GE, Knight GJ : Prenatal
screening for Down’s syndrome with use of maternal serum markers. N. Engl J
Med, 1992 Aug 27; 327 (9) : 588-93.
2. Pueschel,
M.ed. New perspective on Down syndrome : Baltimore Paul Broozes, 1987.
3. Holtzen, DM.
The molecular genetics of Down syndrome, moelec genetic, M.ed, 1992; 2 : 105-20.
No comments:
Post a Comment