BATASAN
Malaria merupakan penyakit infeksi akut hingga
kronik yang disebabkan oleh satu atau lebih spesies Plasmodium, ditandai dengan panas tinggi bersifat intermiten, anemia, dan hepatosplenomegali. Plasmodium falciparum menyebabkan
malaria tropikana, Plasmodium vivax menyebabkan malaria
tertiana, Plasmodium ovale menyebabkan malaria
ovale, Plasmodium malariae menyebabkan malaria kuartana.
Siklus hidup Plasmodium malaria :
1. Fase seksual eksogen (sporogoni) dalam tubuh
nyamuk.
2. Fase aseksual (skizogoni) dalam tubuh hospes
perantara/manusia
a. daur dalam darah (skozogoni
eritrosit)
b. daur dalam sel parenkim hati/stadium jaringan
(skizogoni ekso-eritrosit).
Anamnesis
· Pasien
berasal dari daerah endemis malaria, atau riwayat bepergian ke daerah endemis
malaria.
· Demam tinggi
(intermiten) disertai menggigil, berkeringat, dan nyeri kepala. Serangan demam
dapat terus-menerus terjadi pada infeksi campuran ( > 1 jenis Plasmodium
atau oleh 1 jenis Plasmodium tetapi infeksi berulang dalam waktu berbeda).
· Lemah,
nausea, muntah, tidak ada nafsu makan, nyeri punggung, nyeri daerah perut,
pucat, mialgia, dan atralgia.
Pemeriksaan
fisik
·
Pada malaria
ringan dijumpai anemia, muntah atau diare, ikterus, dan hepato-splenomegali.
·
Malaria berat
adalah malaria yang disebabkan oleh P.falciparum, disertai satu atau
lebih kelainan sebagai berikut :
-
Hiperparasitemia,
bila > 5% eritrosit dihinggapi parasit
-
Malaria
serebral dengan kesadaran menurun
-
Anemia berat,
kadar hemoglobin < 7,1g/dl
-
Perdarahan
atau koagulasi intravaskular diseminata
-
Ikterus,
kadar bilirubin serum > 50 mmol/l
-
Hipoglikemia,
kadang-kadang akibat terapi kuinin
-
Gagal ginjal,
kadar kreatinin serum > 3 g/dl dan diuresis < 400 ml/24jam
-
Hiperpireksia
-
Edem paru
-
Syok,
hipotensi, gangguan asam basa
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Apus darah tepi
·
Tebal : ada tidaknya Plasmodium
·
Tipis : identifikasi spesies Plasmodium/tingkat
parasitemia
PENYULIT
·
Pada P.falciparum
dapat terjadi
o
malaria
serebral,
o
black
water fever (Hb-uria masif),
o
malaria
algida (syok),
o
malaria
biliosa (gangguan fungsi hati).
TATALAKSANA
I. Medikamentosa
a. Untuk semua spesies Plasmodium, kecuali P.falciparum
yang resisten terhadap klorokuin
· Klorokuin
sulfat oral, 25 mg/kg bb terbagi dalam 3 hari yaitu 10 mg/kg bb pada hari ke-1
dan 2, serta 5 mg/kg bb pada hari ke-3.
·
Kina
dihidroklorid intravena 1mg garam/kg bb/dosis dalam 10 cc/kg bb larutan
dekstrosa 5% atau larutan NaCl 0,9%, diberikan per infus dalam 4 jam, diulangi
tiap 8 jam dengan dosis yang sama sampai terapi oral dapat dimulai. Keseluruhan
pemberian obat adalah 7 hari dengan dosis total 21 kali.
b. Plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokuin :
·
Kuinin sulfat
oral 10 mg/kg bb/dosis, 3 kali sehari, selama 7 hari.
Dosis untuk bayi adalah 10 mg/umur dalam
bulan dibagi 3 bagian selama 7 hari.
·
Ditambah
Tetrasiklin oral 5 mg/kg bb/kali, 4 kali sehari selama 7 hari (maksimum 4 x 250
mg/hari)
c. Regimen alternatif :
·
Kuinin sulfat
oral
·
Kuinin
dihidroklorid intravena ditambah Pirimetamin sulfadoksin (fansidar) oral
Dosis Pirimetamin sulfadoksin (fansidar) menurut umur
Umur (tahun)
|
Pirimetamin sulfadoksin (tablet)
|
< 1
|
1/4
|
1-3
|
1/2
|
4-8
|
1
|
9-14
|
2
|
> 14
|
3
|
a. Pencegahan relaps
Primakuin fosfat oral
·
Malaria falciparum
: 0,5-0,75 mg basa/kg bb, dosis tunggal, pada hari pertama pengobatan
·
Malaria vivax,
malariae, dan ovale : 0,25 mg/kg bb, dosis tunggal selama 5-14 hari.
II.
Suportif
Pemberian cairan, nutrisi, transfusi darah :
· Penuhi
kebutuhan volume cairan intravaskular dan jaringan dengan pemberian oral atau
parenteral.
·
Pelihara
keadaan nutrisi.
· Transfusi
darah pack red cell 10 ml/kg bb atau whole blood 20 ml/kg bb
apabila anemia dengan Hb < 7,1g/dl.
·
Bila terjadi
perdarahan, diberikan komponen darah yang sesuai.
·
Pengobatan
gangguan asam basa dan elektrolit.
·
Pertahankan
fungsi sirkulasi dengan baik, bila perlu pasang CVP. Dialisis peritoneal
dilakukan pada gagal ginjal.
·
Pertahankan
oksigenasi jaringan, bila perlu berikan oksigen. Apabila terjadi gagal nafas
perlu pemasangan ventilator mekanik (bila mungkin).
·
Pertahankan
kadar gula darah normal.
Antipiretik
Diberikan apabila
demam > 39° C, kecuali pada riwayat kejang demam dapat diberikan lebih awal.
MONITORING
I. Terapi
Efektifitas
pengobatan anti-malaria dinilai berdasarkan respon klinis dan pemeriksaan
parasitologis
1. Kegagalan pengobatan dini, bila penyakit
berkembang menjadi :
·
Malaria berat
hari ke-1,2,3 dan dijumpai parasitemia, atau
·
Parasitemia
hari ke-3 dengan suhu aksila > 37,5° C
2. Kegagalan pengobatan lanjut, bila perkembangan
penyakit pada hari ke 4-28 :
a. Secara klinis dan parasitologis
·
Adanya
malaria berat setelah hari ke-3 dan parasitemia, atau
·
Parasitemia
dan suhu aksila > 37,5° C pada hari ke 4-28 tanpa ada kriteria kegagalan pengobatan dini
b. Secara parasitologis
·
Adanya
parasitemia pada hari ke-7, 14, 21, dan 28
·
Suhu aksila
< 37,5° C tanpa ada kriteria kegagalan pengobatan dini
3. Respon klinis dan parasitologis memadai, apabila
pasien sebelumnya tidak berkembang menjadi kegagalan butir No. 1 atau 2, dan
tidak ada parasitemia.
LANGKAH PROMOTIF/PREVENTIF
Pencegahan
· Hindari
gigitan nyamuk, membunuh nyamuk/jentik dengan insektisida, memakai kelambu
anti-nyamuk.
· Pencegahan
dengan obat anti malaria yang diminum 2 minggu sebelum, selama tinggal dan 8
minggu sesudah meninggalkan daerah endemis. Obat yang dapat dipergunakan ialah
:
-
Klorokuin
basa 5 mg/kgbb, maksimal 300 mg, sekali seminggu atau
-
Sulfadoksin-pirimetamin
(fansidar) dengan dosis pirimetamin 0,5-0,75 mg/kgbb, atau
-
Sulfadoksin
10-15 mg/kgbb sekali seminggu (untuk usia > 6 bulan).
·
Vaksin
malaria, masih dalam uji coba.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Warren KS dan Mahmoud AAF (1990). Tropical and
Geographical ed ke 2, New York, Mc Graw-Hill Information Services Co.
2. Manson-Bahr PEC dan Bell DR (1987), Manson’s
Tropical Disease ed. ke-19, London, English Language PEC dan Bell DR (1987).
Manson tropical disease ed. ke-19, London, English language book
society/Balliere Tyndall.
3. Strickland GTh (1991). Hunter’s tropical medicine ed ke 7,
Philadelphia, WB Saunders Co.
4. Henrickse RG, Barr DGD, Mathew’s TS (1991).
Paediatrics in the tropics London, Blackwell scientific publication.
5. Yaffe, Arunda. Pediatric Pharmacology :
Therapeutics principles on practice 1st ed, Philadelphia, WB
Saunders, 1992.
6. Pedoman tatalaksana malaria di Indonesia, Depkes
RI, 2003.
No comments:
Post a Comment