PENGERTIAN
Menurut Supariasa (2000) Kurang Energi Protein (KEP)
adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit
tertentu. KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi
Angka Kecukupan Gizi (AKG). Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan
pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi
setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur
yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi Pada anak-anak KEP dapat
menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit infeksi dan mengakibatkan
rendahnya tingkat kecerdasan.
KLASIFIKASI KEP
- KEP ringan bila berat badan menurut umur (BB/U) 70-80% baku median WHO-NCHS dan/atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) 80-90% baku median WHO-NCHS;
- KEP sedang bila BB/U 60-70% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB 70-80% baku median WHO-NCHS;
- KEP berat/Gizi buruk bila BB/U <60% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB <70% baku median WHO-NCHS.
CATATAN
- KEP berat/Gizi buruk secara klinis terdapat dalam 3 (tiga) tipe yaitu, Kwashiorkor, Marasmus, dan Marasmik-Kwashiorkor;
- Tanpa melihat Berat Badan bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain adalah KEP berat/Gizi buruk tipe Kwashiorkor;
- KEP nyata adalah istilah yang digunakan di lapangan, yang meliputi KEP sedang dan KEP berat/Gizi buruk dan pada KMS berada di bawah garis merah (tidak ada garis pemisah antara KEP sedang dan KEP berat/Gizi buruk pada KMS);
- KEP total adalah jumlah KEP ringan, KEP sedang, dan KEP berat/Gizi buruk (BB/U <80% baku median WHO-NCHS).
Gejala
klinis KEP berat/Gizi buruk yang dapat ditemukan
Kwashiorkor
- Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis)
- Wajah membulat dan sembab
- Pandangan mata sayu
- Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok
- Perubahan status mental, apatis, dan rewel
- Pembesaran hati
- Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
- Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)
- Sering disertai : - penyakit infeksi, umumnya akut anemia, diare.
- Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit
- Wajah seperti orang tua
- Cengeng, rewel
- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (pada daerah pantat tampak seperti memakai celana longgar/”baggy pants”)
- Perut cekung
- Iga gambang
- Sering disertai: penyakit infeksi (umumnya kronis berulang), diare
Marasmik-Kwashiorkor
Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa
gejala klnik Kwashiorkor dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS
disertai edema yang tidak mencolok.
Defisiensi Nutrien Mikro Yang Sering Menyertai KEP berat/ Gizi buruk.
Pada setiap penderita KEP berat/Gizi buruk, selalu
periksa adanya gejala defisiensi nutrien mikro yang sering menyertai seperti :- Xerophthalmia (defisiensi vitamin A)
- Anemia (defisiensi Fe, Cu, vitamin B12, asam folat)
- Stomatitis (vitamin B, C).
Faktor Penyebab Dan Dampak Dari KEP Pada Balita
Factor Penyebab
UNICEF (1988) telah mengembangkan kerangka konsep makro (skema: terlampir)
sebagai salah satu strategi untuk menanggulangi masalah kurang gizi.
Dalam kerangka tersebut ditunjukkan bahwa masalah gizi kurang dapat
disebabkan oleh :
Penyebab langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan
gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan
yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi
sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian
pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan
melemah dan akan mudah terserang penyakit.
Penyebab tidak langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :
- Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
- Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
- Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
Pokok masalah di masyarakat
Kurangnya pemberdayaan keluarga dan
kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat berkaitan dengan berbagai
faktor langsung maupun tidak langsung.
Akar masalah
Kurangnya pemberdayaan wanita dan
keluarga serta kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat terkait dengan
meningkatnya pengangguran, inflasi dan kemiskinan yang disebabkan oleh
krisis ekonomi, politik dan keresahan sosial yang menimpa Indonesia sejak tahun
1997. Keadaan tersebut teleh memicu munculnya kasus-kasus gizi buruk akibat
kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga yang tidak memadai.
Sedangkan hasil penelitian Erledis Simanjuntak menunjukkan bahwa Banyak
faktor resiko terjadinya KEP pada balita diantaranya: penyakit infeksi, jenis
kelamin, umur, berat badan lahir rendah, tidak diberi ASI eksklusif, imunisasi
tidak lengkap, nomor urut anak, pekerjaan ayah dengan tingkat sosial ekonomi
yang rendah, ibu pekerja, tingkat pendidikan orang tua yang rendah, jumlah
anggota keluarga yang besar dan lain- lain.
Hal ini berarti bahwa penyebab terjadinya KEP pada balita adalah sebagai
berikut:
- Penyakit Infeksi
- Tingkat Pendapatan Orang Tua yang rendah
- Konsumsi Energi yang kurang
- Perolehan Imunisasi yang kurang
- Konsumsi Protein yang kurang
- Kunjungan Ibu ke Posyandu, hal ini berkaitan dengan pengetahuan ibu.
Selain itu besarnya masalah gizi di Indonesia
disebabkan oleh beberapa faktor penting, yaitu karena ketidaktahuan serta
karena bagitu lekatnya tradisi dan kebiasaan yang mengakar di masyarakat
khususnya dibidang makanan, cara pengolahan makanan, dan cara penyajian serta
menu masyarakat kita dengan segala tabu-tabunya. Salah satu penyebab malnutrisi
(kurang gizi) diantaranya karena faktor ekonomi yaitu daya beli yang rendah
dari para keluarga yang kurang mampu. Nampaknya ada hubungan yang erat antara
pendapatan keluarga dan status gizi anak-anaknya. Pengetahuan ibu juga
merupakan salah satu factor terjadinya kurang gizi pada balita, karena
masih banyak orang yang beranggapan bahwa bila anaknya sudah kenyang berarti
kebutuhan mereka terhadap gizi sudah terpenuhi.
Dampak KEP Bagi Balita
Dari berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa KEP
merupakan salah satu bentuk kurang gizi yang mempunyai dampak menurunkan
mutu fisik dan intelektual,serta menurunkan daya tahan tubuh yang berakibat
meningkatnya resiko kesakitan dan kematian terutama pada kelompok rentan
biologis. Pengejawantahan KEP terlihat dari keadaan fisik seseorang yang diukur
secara Antropometri. Manifestasi KEP tercermin dalam bentuk fisik tubuh
yang apabila diukur secara Anthropometri (TB/U, BB/U, BB/TB) kurang dari nilai
baku yang dianjurkan.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa KEP
merupakan salah satu bentuk kurang gizi yang mempunyai dampak menurunkan mutu
fisik dan intelektual serta menurunkan daya tahan tubuh yang berakibat
meningkatnya resiko kesakitan dan kematian terutama pada kelompok rentan
biologis.
UPAYA PENANGGULANGAN KEP
Masalah KEP atau pencapaian status
gizi (dalam arti positif) merupakan salah satu keluaran penting dari
pembangunan sosial-ekonomi-budaya. ecara umum. Oleh karenanya status girl
dijadikan salah satu indikator suksesnya pembangunan. Penentuan kriteria,
target, dan tahapan pencapaiannya dapat disusun secara teknis. Pencapaian
status gizi tersebut dilaksanakan dalam pendekatan lintas sektoral, multifaset
dan komprehensif.
Sesuai dengan sifat masalah KEP yang
kompleks, maka berkurangnya prevalensi KEP pada anak balita merupakan dampak
komplementer dari berbagai program pembangunan sosial dan ekonomi yang ada,
sedang program gizi lebih banyak ikut memberi arah agar unsur perbaikan gizi
tidak terlupakan. Disamping itu, keberhasilan dalam meningkatkan keadaan gizi
anak balita juga merupakan akibat langsung peran serta aktif masyarakat,
terutarna peranan wanita dan Lembaga Sosial Masyarakat lain di Posyandu.
Penanggulangan KEP diprioritaskan daerah tertinggal/miskin baik di
pedesaan/perkotaan. Kegiatan ini pelaksanaannya diintegrasikan kedalam program
penanggulangan kemiskinan secara nasional.
Kegiatan penanggulangan KEP meliputi:
- Pemantapan UPGK dengan: meningkatkan upaya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita melalui kelompok dan dasa wisma.
- Penanganan khusus KEP berat secara lintas program dan lintas sektoral.
- Pengembangan sistem rujukan pelayanan gizi di Posyandu dalam rehabilitasi gizi terutama di daerah miskin.
- Peningkatan gerakan sadar pangan dan gizi melalui KIE yang berkesinambungan.
- Peningkatan pemberian ASI secara eksklusif.
- Penanggulangan KEK (Kurang Energi Kronik) pada ibu hamil didasarkan hasil penilaian dengan alat ukur LILA (Lingkar Lengan Atas).
- Dengan mengurangi/mengatasi faktor resiko, melalui perawatan kesehatan,
- Pencegahan infeksi potensial KEP
- Pemberian ASI eksklusif,
- Perbaikan sosial ekonomi keluarga,
- Keluarga berencana,
- Imunisasi
- Kerjasama lintas program dan lintas sektor seperti: kesehatan, pertanian, ketenaga kerjaan, pendidikan, kesejahteraan sosial dan kependudukan juga dibutuhkan.
- Revitalisasi posyandu dengan menggalakkan kegiatan program : penimbangan balita secara rutin, imunisasi, upaya kesehatan ibu dan anak, pelayanan keluarga berencana, upaya perbaikan gizi, pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan, penyuluhan kesehatan akan sangat mendukung.
PELAYANAN GIZI BALITA KEP BERAT/GIZI BURUK
Pelayanan Gizi pada anak dengan KEP
berat/Gizi buruk di rumah sakit meliputi pelayanan rawat jalan, rawat inap dan
pelayanan rujukan.
Pada dasarnya setiap anak yang
berobat atau dirujuk ke rumah sakit dilakukan pengukuran berat badan (BB) dan
tinggi badan (TB) untuk menentukan status gizinya, selain melihat tanda-tanda
klinis dan bila perlu pemeriksaan laboratorium. Penentuan status gizi ini
diperkuat dengan menanyakan riwayat makan.
Dari hasil penentuan status gizi maka direncanakan
tindakan sebagai berikut :
1. KEP Ringan
Diberikan penyuluhan gizi dan nasehat pemberian
makanan di rumah dan pemberian vitamin. Dianjurkan untuk memberikan ASI
eksklusif (Bayi <4 bulan) dan terus memberikan ASI sampai 2 tahun. Pada
pasien KEP ringan yang dirawat inap untuk penyakit lain, diberikan makanan
sesuai dengan penyakitnya dengan tambahan energi sebanyak 20% agar tidak jatuh
pada KEP sedang atau berat, serta untuk meningkatkan status gizinya.
Selain itu obati penyakit penyerta.
2. KEP Sedang
a) Penderita
rawat jalan (di RS/Puskesmas): diberikan nasehat pemberian
makanan dengan tambahan energi 20-50% dan vitamin serta teruskan ASI bila anak
<2 tahun. Pantau kenaikan berat badannya setiap 2 minggu dan obati penyakit
penyerta.
b) Penderita
rawat inap: diberikan makanan tinggi energi dan protein, secara bertahap sampai
dengan energi 20-50% di atas kebutuhan yang dianjurkan (Angka Kecukupan
Gizi/AKG) dan diet sesuai dengan penyakitnya, berat badan dipantau setiap hari,
selain itu diberi vitamin dan penyuluhan gizi. Setelah penderita sembuh dari
penyakitnya, tapi masih menderita KEP ringan atau sedang, rujuk ke puskesmas
untuk penanganan masalah gizinya.
3. KEP
berat/Gizi buruk
Bilamana ditemukan anak dengan KEP berat/Gizi buruk
harus dirawat inap.
No comments:
Post a Comment