PENGERTIAN
Sirosis
hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan menahun
pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi, dan regenerasi
sel-sel hati, sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati (Arif M,
2001 : 508).
Sirosis
hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul.
ETIOLOGI
Secara morfologi,
sirosis dibagi atas jenis mikronodulor (pertal), makronodular (pascarekrotik)
dan jenis campuran, sedang dalam klinik dikenal 3 jenis, yaitu portal,
pascanekrotik dan gilier, penyakit yang diduga dapat menjadi penyebab sirosis
hepatis antara lain malnutrisi, alkoholisme, virus hepatitis, kegagalan jantung
yang menyebabkan bendungan vena hepatika, penyakit Wilson, hemokromatosis, zat
teksik.
PATOFISIOLOGI
Infeksi hepatitis
viral tipe B/C menimbulkan peradangan sel hati. Peradangan ini menyebabkan
nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoselular), terjadi kolaps lobulus hati
dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa
difus dan nodul sel hati septa bisa dibentuk dari sel retikulum penyangga yang
kolaps dan berubah menjadi parut.
Jaringan parut ini dapat menghubungkan daerah portol yang satu dengan lainnya
atau porta dengan sentral (bridging rekrosis). Beberapa sel
tumbuh kembali dan membentuk nodul dengan berbagai ukuran dan ini menyebabkan
distorsi percabangan pembuluh hepatik dan gangguan aliran darah porta dan
menimbulkan hipertensi portal. Kemudian terjadi peradangan dan nekrosis pada
sel duktules, sinusoid, retikulo endotel, terjadi fibrogenesis dan septa aktif.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala
gastrointestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual, muntah dan diare.
- Demam, BB turun, lekas lelah
- Asites, hidrotoraks dan adema
- Ikterus, kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan
- Hepotomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecil karena fibrosis. Bila secara klinis didapati adanya demam, ikterus dan asites, dimana demam bukan oleh sebab-sebab lain, dikotoklan sirosis, dalam keadaan aktif.
- Kelainan pembuluh darah seperti kolaterol-kolaterol di dinding abdomen dan torake, kaput medusa, wasir dan vasises esofagus.
Kelainan
endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenisme
1)
Impotensi, atrofi testis, ginekomastia,
hilangnya rambut aksila dan pubis.
2)
Amenore, hiperpigmentasi areda mamoe
3)
Spider neri dan eritema
4)
hiperpigmentasi
Jari
tabuh
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan
Laboratorium
1)
Darah : Hb rendah, anemia normokrom
normositer, hipokrom, mikrositer/makrositer.
2)
Kenaikan SGOT SGPT
3)
Albumin menurun dan peningkatan kadar
globulin è tanda kurangnya daya tahan hati
4)
Pemanjangan masa protrombin merupakan
petunjuk penurunan fungsi hati.
5)
Peningian kadar gula darah pada sinosis
hati fase lanjut.
6)
Penurunan enzim kolinesterase (CHE).
Pemeriksaan
Jasmani
1)
Hati
Hati membesar pada awal sirosis, bila mengecil prognosis kurang baik.
Besar hati normal selebar telapak tangan sendiri (7-10 cm). Pada sirosis,
konsistensi hati biasanya kenyal/firm, pinggi hari biasanya tumpul dan ada
sakit tekan pada perabaan hati.
2)
Limpa
Pembesaran limpa diukur dengan 2 cara :
a)
Schuffner. Hati membesar kemedial dan ke
bawah menuju umbilicus ke SIAS kanan.
b)
Hacket, bila limpa membesar ke arah bawah.
3)
Perut dan ekstra abdomen
Perut diperhatikan vena kolateral dan asites
4)
Manifestasi di luar perut
Perhatikan adanya spiner neri pada tubuh bagian atas, bahu, leher,
dada, pinggang, laput medussae dan tubuh bagian bawah.
Radiologi
Dengan barium
swallow : adanya varises esofagus untuk konfirmasi hipertensi portal.
Ultrasonografi
Yang dilihat
pinggir hati, permukaan, pembesaran, homogenitas asites, splenomegali, gambaran
vena hepatika, vena porta, pelebaran saluran empedu.
Esofagoskopi
: evaluasi adanya varises esofagus, perdarahaan esofagus.
PENATALAKSANAAN
- Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites dan demam
- Diet rendah protein (diet hati III : protein 1 g/kg BB, 55 g protein, 2000 kalori)
- Bila asites diet rendah garam II (600-800 mg)/III (1000-2000 mg). Bila proses tidak aktif diet tinggi kalori (2000-3000 kalori) dan tinggi protein (80-125 g/hr).
- Bila ada tanda prekoma/koma hepatikum, jumlah protein dalam makanan dihentikan (diet hati I) kemudian diberikan sedikit sesuai toleransi dan kebutuhan.
- Infeksi dengan antibiotik, obat-obatan yang jelas tidak hepatotoksik.
- Perbaiki keadaan gizi, bila perlu berikan asam amino esensial berantai cabang dan glukosa.
- Raboransia, vitamin B kompleks, dilarang makan minum mengandung alkohol.
Penatalaksanaan
asites dan edema :
a) Istirahat dan diet rendah garam
b) Diuretik bila istirahat dan diet tidak
teratasi (spironolakton 50-100 mg/hr)
c) Bila terjadi asites refrakter dilakukan
terapi parasentesis disertai dengan infus albumin/desktron 70%.
KOMPLIKASI
Kegagalan
hati (hepatoseluler)
Hipertensi
portal
1)
Kegagalan hati, timbul spidernevi, eritema
palmoris, atrofi testis, ginekomastia, ikterus, ensefalopati.
2)
Spleno megali, pemekaran pembuluh vena
esofagus/cardia, coput, medusae, hemoroid, vena kolateral dinding perut.
Asites
Ensefalopati
Peritonitis
bakterial spontan
Sindrom
hepatorenal
Transformasi
ke arah kanker hati primer (hepatoma).
PROGNOSIS
Sebaiknya sirosis
jangan dianggap penyakit yang tidak dapat disembuhkan, minimal penyakit ini dapat dipertahankan dalam
stadium kompensasi. Di bawah ini petunjuk suatu prognosis tidak baik dari
pasien sirosis.
- Ikterus yang menetap/bilirubin darah > 1,5 mg%.
- Asites refrakter/memerlukan diuretik dosis besar
- Kadar albumin rendah (<2,5 g%)
- Kesadaran menurun/ensefolopati hepatik spontan tanpa faktor pencetus luar.
- Hati pengecil
- Perdarahan akibat pecahnya varises esofagus
- Komplikasi neurologis bukan akibat kolaterolisasi ekstensif
- Kadar natrium darah rendah (< 120 mg/1), sistolik kurang 100 mmhg
- Kadar protrombin rendah
- CHE rendah, sediaan biopsi banyak mengandung nekrosis total dan sedikit peradangan.
No comments:
Post a Comment