PENGERTIAN
Dengue Hemoragic Fever adalah penyakit demam akut yang disertai dengan
adanya manifestasi perdarahan, yang beretndensi mengakibatkan renjatan yang
dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer & Suprohaita : 2000;414). Demam
berdarah dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dengan gejala
utama demam, nyeri otot sendi dan biasanya memburuk pada dua hari pertama
(kapita selekta jilid 1).
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang ditandai oleh demam mendadak
tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain speti lemah, nafsu makan berkurang,
muntah, nyeri anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut (ngastiyah
1997:342).
PATOFISIOLOGI
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat
hidup dalam sel yang hidup sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama
dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan
tubuh manusia sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1). Aktivitas sistem komplemen
sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan
permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang
intravaskulaer, (2). Agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut
akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi
mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan (3). Kerusakan sel endotel
pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan.
Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) Pneingkatan permiabilitas
kapiler, (2). Klainan homeostasis yang disebabkan oleh vaskulopasi,
trombositopenia, dan kuagulopati (Arief Masjoer & Suprohaita : 200;419).
ETIOLOGI
Virus dengue serotipe 1,2,3 dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopiltus, aedes polynesiensis dan beberapa
spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan
tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief
Mansjoer & Suprohita : 200:420).
GAMBAR DEMAM PELANA KUDA
GANGGUAN KLINIS
Menurut patokan dari WHO pada tahun 1975, diagnosa DBD (DHF) harus
berdasarkan adanya gejala klinis sebagai berikut :
1) Gejala demam tinggi mendadak dan terus menerus
selama 2-7 hari (sebab tidak jelas).
2) Manifestasi perndarahan : uji turniket positif dan
ada salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya petekia, epitaksis,
ekimosis, perdarahan gusi, mlena atau hematemasius.
3) Pembesaran hati sudah dapat diraba sifat permulaan
sakit
4) Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai
tekanand a rah yang menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), disertai kulit
teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari kaki, pasien menjadi
gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.
1). Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau
perdarahan spontan uji turniket (+), trombositopeni, dan hemokonsentrasi.
2). Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit
atau perdarahan lain
3). Derajat III : Kegagalan sirkulasi, nadi cepat lemah ( >
120x/menit), hipotensi, kulit dingin, lembab, gelisah, tekanan nadi sempit ( < 120 mmHg), TD
menurun.
4). Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah
tidak dapat di ukur.
PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
1) Darah lengkap : Hemokosentrasi (Hemotokrit
meningkat 20% atau lebih), Trombositopensi (100.000/mm3 atau kurang)
2) Serologik : Uji H (Haemoglutintion Inhibition
Test)
3) Rotngen Thorax : efusi, pleura
4) OB test (AIM DENGUE Tripleline Rapid Test)
DIAGNOSA BANDING
1) Belum ada renjatan : Morbili (campak)
2) Dengan renjatan : demam typoid, anemia aplasaik
3) Dengan perdarahan : leukimia, anemia aplastik
4) Dengan kejang meningitis, encephalitis
TANDA-TANDA PERDARAHAN
a). Karena manipulasi
Uji
torniquit/rumpel leede test positif
Kriteria : ( + )
bila jumlah petekie > 20
( + ) bila jumlah
petekie 10-20
( - ) bila jumlah petekie 10
b). Perdarahan spontan
-
Petekei/ekimose
-
Perdarahan
gusi (gum blending)
-
Epitaxis
-
Hematemesis/melena
KOMPLIKASI
-
Morbili
-
Demam typoid
-
Anemia
aplastik
-
Leukimia
-
Meningitis
-
Encephalitis
PENATALAKSANAAN
1) Terapeutik
-
Minum 1,5-2
liter/24 jam dengan air teh, gula dan susu
-
Antiperetik
dan analgesik
-
Antikonvulsi
-
Pemberian
cairan melalui infus
-
Infeksi :
Cefotaxime 500 mg, Antrain ½ amp
2) Penatalaksanaan Keperawatan
a. Perawatan pasien DBD derajat I
Keadaan
umumnya seperti pada pasien influensa biasa dengan gejala demam, lesu, sakit
kepala dsb. Tetapi, terdapat juga gejala perdarahan atas hasil uji turniket
positif, pasien perluistirahat mutlak, observasi TTV per 3 jam (TD dan nasi),
periksa Ht, Hbdan trombosit secara periodik per 4 jam. Berikan minum 1 ½ - 2
liter.
b. Perawatan pasien DBD derajat II
Pasien datang
dengan keadaan lemah, malas minum (gejala derajat I ditambah perdarahan
spontan) dan setelah beberapa lama jatuh dalam keadaan renjatan. Oleh karena
itu sebaiknya dipasang infus kalau perlu pada dua tempat jika keadaan
mengkhawatirkan karena jika sudah terjadi renjatan vena-vena menjadi kolaps
sehingga susah untuk memasang infus.
c. Perawatan pasien DBD derajat III (DSS)
Pasien dalam
keadaan gawat, maka jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat akan
menjadi fatal sehingga memerlukan perawatan yang intensif. Masalah utama adalah
akibat kebocoran plasma yang pada pasien DSS ini mencapai puncaknya dengan di
temuinya tubuh pasien sembab, aliran darah sangat lambat karena menjadi kental
sehingga mempengaruhi curah jantung dan menyebabkan gangguan saraf pusat, juga
terjadi gangguan sistem pernafasan berupa asidosis metabolik dan agak dipnea
karena adanya cairan dalam rongga pleura, pertolongan pertama adalah mengganti
cairna plasma yang keluar dengan memberikan cairan dan elektrolit (infus RL)
dan cara pemberiannya diguyur ialah dengan kecepatan tetesan 20 ml/kg BB/jam.
KEMUNGKINAN DIAGNOSA YANG TIMBUL
1) Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi virus
2) Kekurangan volume cairan b/d peningkatan
permeabilitas kapiler perdarahan, muntah dan demam
3) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d muntah, anoreksia
4) Perubahan perfusi jaringan perifer b/d perdarahan
5) Gangguan rasa nyaman b/d keletihan, malaise
skunder akibat DHF
6) Kecemasan ringan b/d kondisi pasien yang yang
memburukkan perdarahan yang dialami pasien.