Friday 21 November 2014

ASMA PADA ANAK



https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSmVMqnZvyjgyiQteE1W8Zonx8Qmagcf8QE_ijTXAsIdSY1seMC
PENGERTIAN
Asma ialah penyakit paru dengan Ciri khas yakni saluran nafas sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan asma (Ngastiyah, 1997: 66)
Asma disebut juga dengan RAD, adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas secara reversible yang ditandai sengan bronchospasme, inflamasi dan peningkatan reaksi jalan nafas terhadap berbagai stimulus (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001:7)

ETIOLOGI
-     Secara pasti belum diketahui
-     Ada beberapa factor predisposisi atau pencetus :
Faktor Ekstrinsik : Reaksi antigen-antibodi, karena inhalasi allergen seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001:7)

Faktor Intrinsik, infeksi : Para influenza virus, pneumonia, mycoplasma. Kemudian dari fisik: cuaca dingin, perubahan atemeratur iritan: kimia, polusi udara (C0, asap rokok, parfum) Emosional: takut, cemas dan tegang. Aktivitas  yang berlebihan juga dapat menjadi factor pencetus. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001: 7)

PATOFISIOLOGI
Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001: 7)
Dengan adanya alergi otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat antibody tubuh muncul (Ig E) dengan adanya alergi Ig E dimunculkan pada reseptor sel mast yang menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediaataor lainnya. Media tersebut akan memberikan gejala asma.
Respon asma terjadi dalam tiga tahap immediate yang ditandai dengan bronkokonstriksi (1-2 jam), tahap delayed dimana bronkokonstriksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama. Tahap late ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan. Asma juga dapat terjadi factor pencetusnya karena latihan kecemasan, dan udara dingin. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001: 7)
Pada stadium permulaan serangan terlihat mukosa pucat, terdapat edema dan sekresi bertambah. Akibat dari spasme lumen bronkus menyempit sehingga tejadi kongesti pembuluh darah, inflitarasi seeosinofis dalam secret di dalam lumen. Jika serangan terjadi dan lama akan terlihat deskluamasi epitel, penebal membran hialin basal, hiperplasi serat elastin, hiperplasi dan hipertrfi otot bronkus.(Ngastina,1997:66).
Anak yang mengalami asma akan menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas sehingga terjadi obstruksi jalan nafas yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi O2, sehingga terjadi penurunan PO2 (hipoksia). Selama serangan asthmatic, CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory dan hipercapnea. Kemudian system pernafasan akan mengadakan kompensasi dengan tachypeg kompensasi tersebut menimbulkan hiperaventasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah Chipocapnea. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001: 7).

KLASIFIKASI
Ada berbagai pembagian asma pada anak, diantaranya adalah :
Asma Episodic Yang Jarang
Terdapat pada anak umur 3-8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyak serangan yang berat. Terdapat mengi yang berlangsung kurang dari 3-4 hari, sedangkan batuk-batuknya dapat berlangsung 10-14 hari tetapi tumbuh kembang anak biasanya baik, di luar serangan tidak ditemukan kelainan. Golongan ini merupakan 70-75 % dari populasi asma anak.

Asma Episodic Sering
Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum sebelum 3 tahun. Pada permulaan serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Frekuensi serangan 3-4 kali dalam 1 tahun, tiap serangan beberapa hari sampai beberapa minggu. Frekuensi serangan paling tinggi umur 8-13 tahuin. Jika serangan terjadi lebih dari 1-2 minggu, biasanya tidak ditemukan kelainan fisik. Hai Fever dapat ditemukan pada golongan asma kronik atau persisten. Gangguan pertumbuhan jangan terjadi. Golongan ini merupakan 20 % dari populasi asma pada anak.

Asthma Kronik atau Persisten
Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan, 75 % sebelum umur 3 tahun, lebih dari 50 % anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama dan 50 % adanya serangan episodic. Pada umur 5-6 tahun tampak jelas adanya abstruksi saluran nafas yang persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari, malam hari terganggu oleh batuk dan mengi obstruksi jalan nafas mencapai puncaknya pada umur 8-14 tahun, baru kemudian terjadi perubahan, biasanya perbaikan. Pada pemeriksaan fisik dapat terjadi perubahan bentuk torakssepertii dada burung (pigeon chest) barrel chest. Pada golongan ini terjadi gangguan pertumbuhan yaitu bertubuh kecil sebagian kecil ada yang mengalami gangguan psikosososial.

MANIFESTASI KLINIS
  • Wheezing 
  • Dyspnea dengan lama ekspirasi, penggunaan oto-otot asesori, pernafasan, cuping hidung, retraksi dada, dan stridor 
  • Batuk kering (tidak produktif) karena secret kental dan lumen jalan nafas sempit 
  • Tachypnea, orthopnea
  • Gelisah 
  • Diaphorosis
  • Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan 
  • Fatique
  • Tidak toleran terhadap aktivitas, makan, bermain, berjalan, bahkan bicara 
  • Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran
  • Serangan yang tiba-tiba atau beransur-ansur

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
  • Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik 
  • Foto rontgen 
  • Pemeriksaan fungsi paru, menurunnya tidak volume, kepastian vital, eosirotit biasanya meningkat dalam darah dan sputum 
  • Pemeriksaan alergi (radiollergosorbent test, rast) 
  • Pulse Oximentry
  • Analisa gas barah

DIAGNOSA BANDING
Mengi dan dispneu ekspirator dapat terjadi pada bermacam-macam keadaan yang menyebabkan obstruksi saluran nafas diantaranya:
  • Pada bayi adanya korpus alineum di saluran nafas dan esophagus atau kelenjar timus yang menekan trakea
  • Penyakit paru kronik
  • Bronkiolistik akut
  • Bronkitis
  • Tuberkulosis kelenjar limfe didaerah trakea bronchial
  • Kelainan trakea dan bronkus 

PENATALAKSANAAN
Medis
Serangan asma yang ringan cukup diobati dengan obat bronkodilator oral atau aerosol, bahkan yang ringan sekali tidak memerlukan pengobatan yang cepat kerjanya, misalnya bronkodilator aerasal atau bronkodilator sub kutan, adrenalin. Pada serangan ringan itu tidak diperlukan kortikosteroid. Sedangkan pada serangan ringan kronik atau sedang perlu oksigen, untuk pasien yang mengalami serangan asma berat bila gagal dengan bronkodilator aerosol oral atau subkutan dan kortikosteroid perlu teofilin intravena dan koreksi penyimpangan asam basa serta elektrolit.
Hal-hal yang harus diperhatikan
- Menjaga keserasian keluarga agar tidak menimbulkan masalah psikologis bagi anak.
- Menjaga kesehatan anak dengan memberi makanan yang bergizi dan menghindari makanan yang mengandung allergen
- Kapan anak harus dibawa konsultasi
- Ikut kelaksanaan/mengawasi kegiatan anak
- Pada anak yang telah mengerti diberi penjelasan tentang apa yang boleh dilakukan dan yang tidak.

Bila pasien sedang mendapat serangan asma, masalah yang perlu diperhatikan
·      Pasien menderita kesukaran bernafas
·      Gangguan rasa aman dan nyama

PENANGGULANGAN
a.    Oksigen
b.    Terapi cairan parenteral
c.    Terapi pengobatan sesuai program

Albuterol (Proventol, Ventolin)
Dengan memberikan oksigen, dosis oral; 0,1 mg/kg setiap 8 jam, nebulizer, 0,15 mg/kg per dosis dalam 2 ml normal salin, inhasi 1 atau 2 isapan setiap 4-6 jam. Efeknya, tachycardia, palpitasi, pusing kepala, mual dysrhythmia, tremor, hypertensi dan insomania.

Terbutalin
Dosis, usia 2-6 tahun; 0,15 mg/kg tiga hari (tidak lebih dari 5 mg per hari); 6-14 tahun, 2 mg tiga kali sehari (tidak lebih dari 24 mg perhari); 14 tahun dan dewasa, 2-6 mg/kg dalam tiga kali sehari atau empat kali sehari (tidak lebih dari 32 mg per hari), inhalasi, 1 atau 2 hisapan setiap 4-6 jam, nebulizer, 05-15 mg setiap ,4-6 jam. Efek samping tachycardia, pusing kepala, tremor atau gemetar, mual dan insomnia.

Metrapotenol (Alupen, Metaprel)
Dosis, 0,3-05 mg/kg per dosis setiap 6-8 jam, maksimum 20 mg per dosis. Efek samping tachycardia, palpitasi, hipertensi, gemetar, lemah, pusing kepala, mual, muntah, mulut rasa tidak enak.

Bronkodilator
Dilatasi bronkus dan bronkiolus, mengurangi bronkopasme, dan meningkatkan bersihan jalan nafas.

Theophylline Etylenediamie (Aminophylline)
Dosis ; pada klien tanpa thophylline, dosis, 6 mg/kg dan melalui intravena usia 6-9 bulan : 1,0-1,2 mg/kg/jam usia 9-12 jam, 0,9-1,0 mg/kg/jam usia 12-16 tahun: 0,6 –0,7 mg/kg/jam
 

No comments:

Post a Comment