PENGERTIAN
Asma ialah penyakit paru dengan Ciri khas yakni
saluran nafas sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus
dengan manifestasi berupa serangan asma (Ngastiyah, 1997: 66)
Asma disebut juga dengan RAD, adalah suatu
penyakit obstruksi pada jalan nafas secara reversible yang ditandai sengan
bronchospasme, inflamasi dan peningkatan reaksi jalan nafas terhadap berbagai
stimulus (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001:7)
ETIOLOGI
- Secara pasti belum diketahui
- Ada beberapa factor predisposisi atau pencetus :
Faktor Ekstrinsik : Reaksi antigen-antibodi, karena
inhalasi allergen seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang (Suriadi dan
Rita Yuliani, 2001:7)
Faktor Intrinsik, infeksi : Para influenza virus,
pneumonia, mycoplasma. Kemudian dari fisik: cuaca dingin, perubahan atemeratur
iritan: kimia, polusi udara (C0, asap rokok, parfum) Emosional: takut, cemas
dan tegang. Aktivitas yang berlebihan
juga dapat menjadi factor pencetus. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001: 7)
PATOFISIOLOGI
Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada
jalan nafas dan hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus
lain. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001: 7)
Dengan adanya alergi otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat antibody
tubuh muncul (Ig E) dengan adanya alergi Ig E dimunculkan pada reseptor sel
mast yang menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediaataor lainnya. Media
tersebut akan memberikan gejala asma.
Respon asma terjadi dalam tiga tahap immediate
yang ditandai dengan bronkokonstriksi (1-2 jam), tahap delayed dimana
bronkokonstriksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih
lama. Tahap late ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan nafas
beberapa minggu atau bulan. Asma juga dapat terjadi factor pencetusnya karena
latihan kecemasan, dan udara dingin. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001: 7)
Pada stadium permulaan serangan terlihat mukosa
pucat, terdapat edema dan sekresi bertambah. Akibat dari spasme lumen bronkus
menyempit sehingga tejadi kongesti pembuluh darah, inflitarasi seeosinofis
dalam secret di dalam lumen. Jika serangan terjadi dan lama akan terlihat
deskluamasi epitel, penebal membran hialin basal, hiperplasi serat elastin,
hiperplasi dan hipertrfi otot bronkus.(Ngastina,1997:66).
Anak yang mengalami asma akan menyebabkan
hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas sehingga terjadi
obstruksi jalan nafas yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi O2,
sehingga terjadi penurunan PO2 (hipoksia). Selama serangan
asthmatic, CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas
selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory dan hipercapnea. Kemudian
system pernafasan akan mengadakan kompensasi dengan tachypeg kompensasi
tersebut menimbulkan hiperaventasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam
darah Chipocapnea. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001: 7).
KLASIFIKASI
Ada berbagai pembagian asma pada anak,
diantaranya adalah :
Asma
Episodic Yang Jarang
Terdapat pada anak umur 3-8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi
virus saluran nafas bagian atas. Banyak serangan yang berat. Terdapat mengi
yang berlangsung kurang dari 3-4 hari, sedangkan batuk-batuknya dapat
berlangsung 10-14 hari tetapi tumbuh kembang anak biasanya baik, di luar
serangan tidak ditemukan kelainan. Golongan ini merupakan 70-75 % dari populasi
asma anak.
Asma
Episodic Sering
Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum sebelum 3
tahun. Pada permulaan serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut.
Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Frekuensi
serangan 3-4 kali dalam 1 tahun, tiap serangan beberapa hari sampai beberapa
minggu. Frekuensi serangan paling tinggi umur 8-13 tahuin. Jika serangan
terjadi lebih dari 1-2 minggu, biasanya tidak ditemukan kelainan fisik. Hai
Fever dapat ditemukan pada golongan asma kronik atau persisten. Gangguan
pertumbuhan jangan terjadi. Golongan ini merupakan 20 % dari populasi asma pada
anak.
Asthma
Kronik atau Persisten
Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan,
75 % sebelum umur 3 tahun, lebih dari 50 % anak terdapat mengi yang lama pada 2
tahun pertama dan 50 % adanya serangan episodic. Pada umur 5-6 tahun tampak
jelas adanya abstruksi saluran nafas yang persisten dan hampir selalu terdapat
mengi setiap hari, malam hari terganggu oleh batuk dan mengi obstruksi jalan
nafas mencapai puncaknya pada umur 8-14 tahun, baru kemudian terjadi perubahan,
biasanya perbaikan. Pada pemeriksaan fisik dapat terjadi perubahan bentuk
torakssepertii dada burung (pigeon chest) barrel chest. Pada golongan ini
terjadi gangguan pertumbuhan yaitu bertubuh kecil sebagian kecil ada yang
mengalami gangguan psikosososial.
MANIFESTASI
KLINIS
- Wheezing
- Dyspnea dengan lama ekspirasi, penggunaan oto-otot asesori, pernafasan, cuping hidung, retraksi dada, dan stridor
- Batuk kering (tidak produktif) karena secret kental dan lumen jalan nafas sempit
- Tachypnea, orthopnea
- Gelisah
- Diaphorosis
- Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan
- Fatique
- Tidak toleran terhadap aktivitas, makan, bermain, berjalan, bahkan bicara
- Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran
- Serangan yang tiba-tiba atau beransur-ansur
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
- Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
- Foto rontgen
- Pemeriksaan fungsi paru, menurunnya tidak volume, kepastian vital, eosirotit biasanya meningkat dalam darah dan sputum
- Pemeriksaan alergi (radiollergosorbent test, rast)
- Pulse Oximentry
- Analisa gas barah
DIAGNOSA
BANDING
Mengi dan dispneu ekspirator dapat
terjadi pada bermacam-macam keadaan yang menyebabkan obstruksi saluran nafas
diantaranya:
- Pada bayi adanya korpus alineum di saluran nafas dan esophagus atau kelenjar timus yang menekan trakea
- Penyakit paru kronik
- Bronkiolistik akut
- Bronkitis
- Tuberkulosis kelenjar limfe didaerah trakea bronchial
- Kelainan trakea dan bronkus
PENATALAKSANAAN
Medis
Serangan asma yang ringan cukup
diobati dengan obat bronkodilator oral atau aerosol, bahkan yang ringan sekali
tidak memerlukan pengobatan yang cepat kerjanya, misalnya bronkodilator aerasal
atau bronkodilator sub kutan, adrenalin. Pada serangan ringan itu tidak
diperlukan kortikosteroid. Sedangkan pada serangan ringan kronik atau sedang
perlu oksigen, untuk pasien yang mengalami serangan asma berat bila gagal
dengan bronkodilator aerosol oral atau subkutan dan kortikosteroid perlu
teofilin intravena dan koreksi penyimpangan asam basa serta elektrolit.
Hal-hal yang harus diperhatikan
- Menjaga keserasian keluarga agar tidak menimbulkan
masalah psikologis bagi anak.
- Menjaga kesehatan anak dengan memberi makanan yang
bergizi dan menghindari makanan yang mengandung allergen
- Kapan anak harus dibawa konsultasi
- Ikut kelaksanaan/mengawasi kegiatan anak
- Pada anak yang telah mengerti diberi penjelasan
tentang apa yang boleh dilakukan dan yang tidak.
Bila pasien sedang mendapat serangan asma, masalah
yang perlu diperhatikan
· Pasien menderita kesukaran bernafas
· Gangguan rasa aman dan nyama
PENANGGULANGAN
a. Oksigen
b. Terapi cairan parenteral
c. Terapi pengobatan sesuai program
Albuterol
(Proventol, Ventolin)
Dengan memberikan oksigen, dosis oral; 0,1 mg/kg
setiap 8 jam, nebulizer, 0,15 mg/kg per dosis dalam 2 ml normal salin, inhasi 1
atau 2 isapan setiap 4-6 jam. Efeknya, tachycardia, palpitasi, pusing kepala,
mual dysrhythmia, tremor, hypertensi
dan insomania.
Terbutalin
Dosis, usia 2-6 tahun; 0,15 mg/kg tiga hari (tidak
lebih dari 5 mg per hari); 6-14 tahun, 2 mg tiga kali sehari (tidak lebih dari
24 mg perhari); 14 tahun dan dewasa, 2-6 mg/kg dalam tiga kali sehari atau
empat kali sehari (tidak lebih dari 32 mg per hari), inhalasi, 1 atau 2 hisapan
setiap 4-6 jam, nebulizer, 05-15 mg setiap ,4-6 jam. Efek samping tachycardia, pusing kepala, tremor atau
gemetar, mual dan insomnia.
Metrapotenol (Alupen, Metaprel)
Dosis, 0,3-05 mg/kg per dosis setiap 6-8 jam,
maksimum 20 mg per dosis. Efek samping tachycardia,
palpitasi, hipertensi, gemetar, lemah, pusing kepala, mual, muntah, mulut rasa
tidak enak.
Bronkodilator
Dilatasi bronkus dan bronkiolus, mengurangi
bronkopasme, dan meningkatkan bersihan jalan nafas.
Theophylline Etylenediamie (Aminophylline)
Dosis ; pada klien tanpa thophylline, dosis, 6
mg/kg dan melalui intravena usia 6-9 bulan : 1,0-1,2 mg/kg/jam usia 9-12 jam,
0,9-1,0 mg/kg/jam usia 12-16 tahun: 0,6 –0,7 mg/kg/jam
No comments:
Post a Comment