Sunday 29 September 2013

KEJANG DEMAM SEDERHANA


PENGERTIAN
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yaitu 38°C yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.


 

Etiologi Kejang
Menurut Mansjoer, dkk (2000: 434) kejang terjadi karna :
a.       Demam itu sendiri
Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
b.      Efek produk toksik daripada mikroorganisme
c.       Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
d.      Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
e.       Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau enselofati toksik sepintas.
Menurut staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (1985: 50), faktor presipitasi kejang demam adalah cenderung timbul 24 jam pertama pada waktu sakit demam atau dimana demam mendadak tinggi karena infeksi pernafasan bagian atas. Demam lebih sering disebabkan oleh virus daripada bakterial.

Patofisiologi Kejang
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel/organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yaitu glukosa sifat proses ini adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sestem kardiovaskuler.
Dari uraian di atas, diketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel yang dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit oleh natrium (Na+) dan elektrolit lainnya kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan ion Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena keadaan tersebut, maka terjadi perbedaan potensial membran yang disebut potesial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na - K Atp – ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler. Rangsangan yang datangnya mendadak seperti mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya dan perubahan patofisiologi dan membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada demam, kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan metabolisme basal 10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %.
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik. Ini demikian besarnya sehingga meluas dengan seluruh sel dan membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang tersebut ”neurotransmitter” dan terjadi kejang.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38° C dan anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40° C atau lebih, kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai apnea. Meningkatnya kebutuhan O2 dan untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, denyut jantung yang tidak teratur dan makin meningkatnya suhu tubuh karena tingginya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otek meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul oedema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.
(Hasan dan Alatas, 1985: 847 dan Ngastiyah, 1997: 229)
 
 Manifestasi Klinis
Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan berupa klonik atau tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Kejang demam dapat berlangsung lama dan atau parsial. Pada kejang yang unilateral kadang-kadang diikuti oleh hemiplegi sementara (Todd’s hemiplegia) yang berlangsung beberapa jam atau bebarapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiplegi yang menetap. (Lumbantobing,SM.1989:43)
Menurut Behman (2000: 843) kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang tinggi dan biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 39o C atau lebih ditandai dengan adanya kejang khas menyeluruh tionik klonik lama beberapa detik sampai 10 menit. Kejang demam yang menetap > 15 menit menunjukkan penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik selain itu juga dapat terjadi mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan sentakan terulang.

Penatalaksanaan Kejang
Menurut Ngastiyah (1997: 232-235) dan ada 4 faktor yang perlu dikerjakan :
  1. Segera diberikan diezepam intravena dengan dosis rata-rata 0,3mg/kg atau diazepam rektal dengan dosis ≤ 10 kg = 5mg/kg. Bila diazepam tidak tersedia langsung memakai fenobarbital dengan dosis awal selanjutnya diteruskan dengan dosis rumat.
  1. Membebaskan jalan nafas, oksigenasi secukupnya.
  2. Meurunkan panas bila demam atau hipereaksi, dengan kompres seluruh tubuh dan bila telah memungkinkan dapat diberikan parasetamol 10 mg/kgBB/kali kombinasi diazepam oral 0,3 mg/kgBB.
  3. Memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama (>10 menit) dengan IV : D5 1/4, D5 1/5, RL.

Klasifikasi Kejang
Menurut Ngastiyah ( 1997: 231), klasikfikasi kejang demam adalah :
a.    Kejang Demam Sederhana
Merupakan kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum.
Adapun pedoman untuk mendiagnosa kejang demam sederhana dapat diketahui melalui criteria Livingstone, yaitu :
1)             Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
2)             Kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit.
3)             Kejang bersifat umum
4)             Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam.
5)             Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kjang normal
6)             Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukan kelainan.
7)             Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali

b.    Kejang Demam Kompleks
Kejang demam kompleks adalah tidak memenuhi salah satu lebih dari ketujuh criteria Livingstone.
Menurut Mansyur ( 2000: 434) biasanya dari kejang kompleks diandai dengan kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit, fokal atau multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24jam). Di sini anak sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurology atau riwayat kejang dalam atau tanpa kejang dalam riwayat keluarga.

Komplikasi
Menurut Lumbantobing ( 1995: 31) Dan Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (1985: 849-850). Komplikasi kejang demam umumnya berlangsung lebih dari 15 menit yaitu :
  1. Kerusakan otak
Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor MMDA ( M Metyl D Asparate ) yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuoran secara irreversible.
  1. Retardasi mental
Dapat terjadi karena deficit neurolgis pada demam neonatus.

Pencegahan
Menurut Ngastiyah ( 1997: 236-239) pencegahan difokuskan pada pencegahan kekambuhan berulang dan penegahan segera saat kejang berlangsung.
a. Pencegahan berulang
1.    Mengobati infeksi yang mendasari kejang
2.    Pengetahuan kesehatan tentang
§  Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter
§  Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal pada anak ( 36-37ÂșC)
§  Anak diberi obat anti piretik bila orang tua mengetahuinya pada saat mulai demam dan jangan menunggu sampai meningkat
§  Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah mengalami kejang demam bila anak akan diimunisasi.

b. Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi :
  • Baringkan pasien pada tempat yang rata
  • Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi cairan tubuh
  • Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas
  • Lepaskan pakaian yang ketat
  • Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera

Pemeriksaan Penunjang
Menurut Komite Medik RSUP Dr. sardjito ( 2000:193) dan Lumbantobing dan Ismail (1989 :43), pemeriksaannya adalah :
a.    EEG
Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak menunjukan kelainan likuor. Gelombang EEG lambat didaerah belakang dan unilateral menunjukan kejang demam kompleks.
b. Lumbal Pungsi
Tes ini untuk memperoleh cairan cerebrospinalis dan untuk mengetahui keadaan lintas likuor. Tes ini dapaat mendeteksi penyebab kejang demam atau kejang karena infeksi pada otak.
Pada kejang demam tidak terdapat gambaran patologhis dan pemeriksaan lumbal pungsi
Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :
1.    Warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning, menunjukan pigmen kuning santokrom
2.    Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal (normal bayi 40-60ml, anak muda 60-100ml, anak lebih tua 80-120ml dan dewasa 130-150ml)
3.    Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal dewasa 3.5-5.0 mEq/L, bayi 3.6-5.8mEq/L)












DAFTAR PUSTAKA

§  Depkes RI. 1989. Perawatan Bayi Dan Anak. Ed 1. Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan.
§  Lumbantobing,SM.1989.Penatalaksanaan Muthakhir Kejang Pada Anak. Jakarta : FKUI
§  Sachann, M Rossa. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.
§  Suriadi, dkk2001. Askep Pada Anak. Jakarta. Pt Fajar Interpratama.
§  Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2000. Buku Kuliah Dua Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Percetakan Info Medika Jakarta
§  Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC.
§  Hidayat, aziz alimun. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba.

No comments:

Post a Comment