Saturday 1 August 2015

BELL’S PALSY



https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQNdCGqiFfC49NOePgsiAXA2Q-3oAT_TCp2Dy1u2AC8kAnVSlSj
BATASAN
Kelumpuhan pada N Fasialis perifer yang bersifat mendadak dan unilateral.

PATOFISIOLOGI
Patofisiologinya belum jelas, tapi salah satu teori menyebutkan terjadinya proses inflamasi pada N Fasialis yang menyebabkan peningkatan diameter N Fasialis sehingga terjadi kompresi dari saraf tersebut pada saat melalui tulang temporal.
Perjalanan N Fasialis keluar dari tulang temporal melalui kanalis fasialis yang mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada pintu keluar sebagai foramen meatal. Dengan bentukan kanalis yang unik tersebut, adanya inflamasi, demyelinisasi atau iskemik dapat menyebabkan gangguan dari konduksi.
Etiologinya sebagian besar idiopatik, tetapi beberapa penelitian mendukung adanya infeksi sebagai penyebab Bell’s Palsy terutama HSV.
Pada Bell’s Palsy harus dipertimbangkan kemungkinan adanya faktor-faktor lain penyebab kelumpuhan N Fasialis antara lain :
·         Aneurisme vertebral, arteri basilaris atau arteri karotis
·         Meningitis karsinomatous
·         Trauma fasialis
·         Meningitis leukemia
·         Operasi telinga bagian tengah
·         Trauma perinatal
·         Tumor pada glandula parotis
·         Osteomielitis pada basis kranii

GEJALA KLINIS
·         Nyeri dibelakang telinga
·         Gangguan sensoris pada daerah yang terkena
·         Biasanya didahului oleh URI dan atau infeksi virus lainnya
·         Drooling
·         Gangguan pengecapan
·         Gangguan pendengaran
·         Pengeluaran air mata berlebihan


PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik :  
Kelumpuhan N Fasialis mudah terlihat hanya dengan pemeriksaan fisik, tetapi yang harus diteliti lebih lanjut adalah apakah ada penyebab lain yang menyebabkan kelumpuhan N Fasialis. Pada lesi supranuklear, dimana lokasi lesi diatas nukleus fasialis di Pons, maka lesinya bersifat UMN. Pada kelainan tersebut, sepertiga atas N Fasialis normal, sedangkan duapertiga dibawahnya mengalami paralisis. Pemeriksaan N Canialis lainnya dalam batas normal. 

Pemeriksaan laboratorium : 
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk menegakkan diagnosis Bell’s Palsy. 

Pemeriksaan radiologi :  
Pemeriksaan radiologi bukan indikasi pada Bell’s palsy. Pemeriksaan CT Scan dilakukan jika dicurigai adanya fraktur atau metastasis neoplasma ke tulang, stroke, skleloris multipel dan AIDS pada CNS. 

Pemeriksaan elektrofisiologi :  
Pemeriksaan Elektrofisiologi untuk mengetahui fungsi N Fasialis jarang dilakukan.

DIAGNOSIS BANDING
  • Tumor jinak skull
  • Aneurisma serebral
  • Meningioma
  • Sklerosis multipel

PENATALAKSANAAN
Pada keadaan darurat terapi yang dianjurkan adalah farmakologis :
1.      Steroid : Prednisone 1 mg/KgBB/hari PO selama 7 hari
Masih kontroversi, beberapa penelitian menunjukkan adanya keuntungan tapi di lain pihak mengatakan tidak ada gunanya.
2.      Antivirius : Acyclovir 20 mg/KgBB/hari PO
Dapat dipertimbangakan karena beberapa peneliti menyatakan virus sebagai penyebab Bell’s Palsy.
3.   Perawatan mata : untuk menghindari terjadinya kekeringan kornea dan trauma benda asing, maka diberikan air mata buatan, salep mata selama tidur dan kacamata untuk menghindari sinar matahari dan benda asing.
Bila kondisi penderita sudah stabil, penanganan rehabilitasi medis dapat segera diberikan.

KOMPLIKASI
Sebagian Bell’s Palsy akan membaik tanpa deformitas, tetapi ⅓ penderita dapat mengalami sekuele berupa : 
1. Regenerasi motorik tidak lengkap
Dengan tanda epifora, inkompeten oral dan obstruksi nasal

2. Regenerasi sensorik tidak lengkap
Dengan tanda disgeusia (gangguan pengecapan), ageusia (kehilangan pengecapan), disesthesia (kehilangan sensasi atas stimulasi).

PROGNOSIS
  1. Pemulihan lengkap tanpa gejala sisa
  2. Pemulihan tidak lengkap pada fungsi motorik, tetapi tidak ada defek pada kosmetik
  3. Kecacatan menetap yang nyata

DAFTAR PUSTAKA
1.   Adam RD, Victor M, eds. : part 5: Disease of the spinal cord, peripheral nerve, and muscle. In : Principles of Neurology, 5th ed. New York : Mc Graw Hill; 1993 : 1175-7.
2.  English JB, Stommel EW, Bernat JL: Recurrent Bell Palsy, Neurology, 1996 August; 47 (2) : 407-16.
3.    Morrow MJ: Bell palsy and Herpes Zoster Otikus. Curr Treat Option Neurol, 2000 September; 2 (5) : 407-16.
4.     Victor M, Martin J: Disorders of the cranial nerves. wmj 2000; 173 : 266-6.
5.  Williamson IG, Whelan TR: The clinical problems of bell palsy : Is treatment with steroid effective? Br J Gen Pract, 1996 December; 46 (413) 743-7.

No comments:

Post a Comment